Kamis, 31 Desember 2009

2 (DUA) PILIHAN HIDUP

Baca: Matius 4:18-25
Ada dua perikop yang menjadi bacaan kita hari ini, yang memperlihatkan gambaran dua kelompok orang. Perikop pertama berkisah tentang pemanggilan para murid oleh Yesus. Panggilan Yesus "Mari, ikutlah aku..... " adalah panggilan untuk menandatangani kontrak seumur hidup. Mengapa demikian? Karena panggilan ini menimbulkan konsekuensi untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan mengikut Yesus ke mana pun Dia pergi. Panggilan ini melahirkan perubahan status, dari penjala ikan jadi penjala manusia. Sebutan `penjala manusia' mengingatkan kita pada Yer. 16:16. Di ayat itu, Allah mengutus penjala untuk mengumpulkan Israel ke pembuangan. Dalam bacaan ini Yesus memanggil penjala ikan untuk memberitahukan akhir dari pembuangan Israel secara rohani dan mempersiapkan mereka menerima kehadiran Mesias. Bagaimana respons keempat pria itu? Mereka meninggalkan pekerjaan mereka dan mengikut Yesus. Ini teladan bagi kita dalam menanggapi panggilan Tuhan.

Perikop kedua bertutur tentang orang banyak yang bersedia mendengar pengajaran Yesus, melihat mukjizat yang Dia lakukan, dan menyiarkan berita tentang kehebatan kuasa-Nya. Mereka berbondong-bondong mengikut Dia. Meski demikian, orang banyak itu tidak memperlihatkan komitmen untuk menjadi murid Yesus. Mungkin mereka senang mendengar pengajaran-Nya atau kagum melihat mukjizat yang Dia lakukan. Namun apa mereka mau mengikut Yesus sampai meninggalkan segala sesuatu? Masih tanda tanya!

Membandingkan kedua kelompok itu, termasuk kelompok yang manakah Anda? Yang mau berkomitmen untuk benar-benar ikut Yesus, bahkan meski harus meninggalkan segala sesuatu? Atau seperti orang banyak yang ikut Yesus hanya karena ingin memuaskan mata dan telinga? Di hari terakhir di tahun 2009 ini, kiranya kita mengambil komitmen (yang mungkin pernah kita ambil) untuk ikut Yesus sungguh-sungguh dan meninggalkan segala sesuatu yang memang harus ditinggalkan demi mengikut Dia.
Sumber : http://www.ppa.or.id/alkitab-hari-ini-275.html

Minggu, 20 Desember 2009

SISTEM PERTANIAN NEGARA ISRAEL




Mendengar  nama Negara Israel atau bangsa Yahudi langsung dalam benak kita ada rasa antipati karena dianggap Negara yang jahat dan tidak bersahabat,  namun ternyata setelah saya dan rombongan ke negeri ini ternyata berbanding terbaik  dari yang dibayangkan,  penduduknya ramah dan baik. Satu ketika teman saya tersesat,lepas dari rombongan Ziarah,  kita beranggapan ini berbahaya, ternyata orang Yahudi baik mereka mengantar teman saya kembali ke Hotel  dan diberikan uang taxi sopir Yahudi itu menolak. Jadi menurut saya ada kebencian terhadap bangsa Yahudi akibat pemberitaan media masa yang  tidak netral. Terlepas dari itu semua sebenarnya ada hal yang patut kita teladani, dan hargai untuk belajar mengapa Negara Israel menjadi Makmur,  karena merekalah Bangsa Pilihan Allah, dan otaknya cerdas salah satunya dari Nutrisi makanannya ( lebih jauh baca http://fritsdimu.blogspot.com/) dan memiliki  teknologi tinggi (http://jakarta.mfa.gov.il/mfm/Web/) . Nah … Pada kesempatan awal ini saya akan beberkan teknologi pertanian Israel dibawah ini.


Bangsa Israel sebelum mengenal teknologi tinggi,  mereka sudah  membuat fondasi  yang kokoh dalam bidang pertanian. Puluhan tahun  yang lalu sebelum imigran Yahudi seluruh dunia kembali ke negeri Israel, tanah disana gersang dan delapan puluh lima persen (85 %) berupa gurun pasir yang kering, tanah subur hanya sebesar 15 % saja, sangat sedikit, karena curah hujan disana dalam setahun hanya 0.01 %  jadi sangat kecil kemungkinan jika mengandalkan tadahan air hujan, sehingga ketersediaan sumber daya air menjadi kendala utama disana, tetapi Puji Tuhan mereka berhasil mengatasinya. Caranya bagaimana ? .


Untuk merubah tanah kering, gersang  dan gurun pasir  yang susah air   tersebut,   salah satunya mereka membangun saluran-saluran   air dan pipa-pipa air  raksasa berpuluh kilo meter panjangnya dan mengambil air dari sungai-sungai  dan danau , salah satunya adalah Danau Tiberias,   kemudian air disedot ke tempat yang tinggi ,  pada puncak-puncak pengunungan  dibuat semacam dumb, bak air raksasa ditampung airnya disitu, kemudian mereka mengalirinya,   sebanyak 20 % untuk konsumsi perumahan dan Kota dan bahkan airnya  suci  hama sehingga langsung  dapat diminum  tanpa dimasak. Selanjutnya 80 % airnya dialiri ke sektor pertanian, kebanyakan di daerah  Gunung Negev yang gersang  dan selanjut dilahan pertanian tersebut, pipa-pipa tersebut dipecah-pecahkan menjadi pipa-pipa kecil  sampai pada tiap  akar tanaman dengan menggunakan teknologi system computers diatur waktu penyiraman  saat mana akar tanaman membutuhkan air (saya hanya membayangkan apa bisa ya.. teknologi ini diterapkan di NTT mengingat struktur tanah, iklim nya hampir sama).
Sehingga dengan demikian jika terjadi pemboikot dunia terhadap Negara Israel, tidak menjadi masalah karena Negara Israel  sangat mandiri dari sisi pangan, ekonomi dan teknologi ditengah 5 negara arab yang mengapitnya, Hampir mirip dengan  ide mengalirkan air dengan  membuat saluran besar ke Southern California di Amerika susah air tetapi  sejuk dari daerah sekitar nya, siapa tau insinyur perancangnya orang Yahudi yg sama juga, hebat kan…

Setelah masalah ketersediaan air dipecahkan,  dalam rangka   mempertahankan system pertanian modern yang terus berlanjut, maka mereka   membentuk komunitas-komunitas  pertanian yg dikenal dengan  istilah Kibutz.  Kibutz  dirancang dengan baik, dimana terdapat  jobdescriptions / pembagian  tugas yang jelas,  penentuan benih tanaman  yang akan ditanam ,pembagian area lokasi,  pembagian tempat pertanian, tempat tinggal, pasar dan tempat umum lainnya sampai pada model pendidikan untuk anak-anak   mereka.


Hampir sama dengan konsep  system Subak di Bali dan  system  Nagari di ranah minang  yang mana ada  pembagian wilayah pertanian dan sosial budaya. Kalau di Nagari  ada lokasi tempat tinggal, ada surau, ada kolam air sebagai sumber air,  pasar, kuburan, tanah  lapang untuk  acara tertentu, balai adat dan lain-lain.  

Jadi  Kibutz, bukan saja mengenai pertanian tetapi juga mereka mengembangkan metode pendidikan  baik untuk pertanian (primer)  juga pendidikan umum lainnya pada komunitas dari tingkat TK sampai SMA, mereka belajar di tempat khusus (sekolah bersama ) dan mendapatkan pelajaran-pelajaran dasar ketika orang tua mereka bekerja di daerah pertanian .  setelah tamat SMA   anak-anak  petani diberikan keterampilan khusus yg sesuai dg keahlian pertanian yg dibutuhkan, sehingga setelah lepas masa pendidikan mereka telah siap membantu orang tuanya mengembangkan usaha pertanian.

Jadi tidak repot lagi, tenaga ahli pertanian yang muda, produktif  dan fress sudah tersedia, mereka terus mengembangkan teknologi pertanian yang  telah dikembangkan orang tua mereka.  Bagaimana jika dibandingkan dengan Indonesia, pendidikan Indonesia, misalnya seorang  anak petani telah  Sarjana,  ketika ditanya apakah mau bekerja di Desanya atau di Kota, pasti memilih di Kota ? apa sebabnya, karena di sekolah mendapatkan pelajaran yang  tidak sejalan dengan  kegiatan pertanian,  mereka malah diajari ilmu-ilmu  dan keterampilan yang  jauh dari dunia sehari hari mereka, sehingga mereka terasing sendiri dg lingkungan asalnya,setelah lulus sekolah tak mau turun ke sawah atau ladang , tapi pergi mencari kerja ke kota , karena itu tidak heran pertanian di tempat kita tidak mendapat kemajuan berarti  dari sisi teknologi dan bisnis.
Jadi bagaimana menurut pendapat Anda ? berikan komentar dibawah ini !!..


Kamis, 17 Desember 2009

BETLEHEM

Kota Bersejarah Betlehem adalah sebuah kota mungil di Yudea. Dalam bahasa Arab, nama Betlehem diartikan “rumah daging”, tetapi dalam bahasa Ibrani, artinya “rumah roti”. Untuk pertama kalinya kota ini disebut dalam Kitab Kejadian 35:19 sehubungan dengan Rahel, istri Yakub ; “Setelah Rahel meninggal, ia dikuburkan di sisi jalan yang menuju ke Efrata, yang sekarang bernama Betlehem”. Dari kota ini berasal Raja Daud (1 Sam 17:12) yang melalui Nabi Natan menerima janji Allah mengenai kedatangan Mesias; “Untuk selama-lamanya seorang dari keturunanmu akan memerintah sebagai raja (2 Sam 7:16).Janji ini terlaksana dalam diri Yesus Kristus yang juga lahir di Betlehem. Ketika Kaisar Agustus mengadakan sensus penduduk di seluruh kekaisarannya, Maria dan Yosef berangkat dari Nazaret ke Betlehem, karena mereka berdua adalah keturunan Daud, jadi harus mendaftarkan diri di tempat asalnya. " Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan kain lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat lain bagi mereka di rumah penginapan" (Luk 2 : 6-7). Di masa kini, Betlehem didiami oleh orang-orang Arab beragama Kristen. Banyak di antara mereka menyibukkan diri dengan produksi berbagai benda agama yang dijual sebagai souvenir di seluruh Israel.
Halaman dan tembok utama Basilika KelahiranPara peziarah harus melewati sebuah halaman luas dan cukup panjang untuk sampai ke Basilika Kelahiran yang bagian luarnya tampak mirip sebuah benteng. Basilika itu diapit oleh tiga biara : Katolik (OFM), Ortodoks Yunani dan Ortodoks Armenia. Dahulu kala ada 3 pintu masuk ke dalam basilika, tetapi sekarang tinggal 1 pintu saja, lagi pula rendah sekali. Tinggi pintu ini atas persetujuan wakil semua agama yang memelihara tempat suci ini, untuk pertama kali direndahkan dengan sengaja semasa Perang Salib, dan untuk kedua kalinya semasa serangan-serangan tentara Turki (abad XVII), agar musuh jangan sampai memasuki gereja dengan kuda-kudanya. Kenyataan historis ini diperindah dengan sebuah interpretasi saleh : "untuk memasuki basilika, para peziarah harus merendahkan diri, Sabda Allah telah menjadi seorang anak kecil bagi manusia, maka manusia pun harus berusaha menjadi kecil di hadapan Allah". Para penghuni Betlehem menamakan pintu ini sebagai "pintu kerendahan hati" karena orang harus tunduk merendahkan diri untuk melaluinya.
Sejarah Basilika Kelahiran YesusTempat kelahiran Yesus diingat baik-baik oleh para penduduk Betlehem, sehingga mereka menghormatinya turun temurun. Namun demi menghina agama Kristen, di tempat itu pada tahun 135, Kaisar Hadrianus mendirikan sebuah kuil dewa Adonis. Gereja pertama di Betlehem didirikan pada awal abad IV (tahun 326) atas prakarsa Kaisar Konstantinus dan ibunya, Helena, setelah terlebih dahulu kuil Adonis itu dirubuhkan.

Pada tahun 529, sebagian Basilika Kelahiran dihancurkan oleh orang-orang Samaria yang memberontak terhadap pemerintahan Kristen Bizantium. Pada tahun 570 basilika direnovasi dan diperluas oleh Kaisar Yustinianus. Pada dasarnya, bangunan ini bertahan sampai sekarang. Waktu Persia menyerang Tanah Suci (tahun 614), semua gereja dan tempat suci Kristen dihancurkan, tetapi Basilika Kelahiran luput, karena tentara Persia melihat pada tembok utamanya sebuah gambar dengan tiga orang Majus yang menyembah Yesus. Berdasarkan pakaian para majus itu, tentara Persia mengakui mereka sebagai warga negaranya sendiri.
Tembok-tembok basilika aslinya dihiasi dengan mosaik-mosaik indah, tetapi sekarang tinggal sisanya saja. Di sebelah kanan basilika terdapat gambar silsilah Yesus Kristus, sedangkan di sebelah kirinya ada gambar ekaristi yang bersumber pada Yesus. Di lantai utama basilika, di tempat yang sedikit lebih rendah dari permukaan lantai, dapat dilihat sisa mosaik yang berasal dari zaman Konstantinus.
*) Sumber : Nazarinus.com, ziarahisrael.blogspot.com.

Selasa, 01 Desember 2009

SEMANGAT NATAL

Ayat bacaan: Filipi 2:5
=================
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"


Tidak terasa kita sudah memasuki bulan Desember, dimana kita sebentar lagi akan merayakan Natal. Ini adalah bulan dimana hampir semua orang percaya akan lebih bersemangat dalam bekerja karena sebentar lagi akan ada libur, beberapa pesta atau tukar menukar kado dan berbagai kegiatan-kegiatan yang menggembirakan bersama keluarga dan sahabat-sahabat dekat. Sebagian dari kita mulai mengumpulkan lagu-lagu Natal agar bisa merasakan semangat Natal sejak awal bulan, bahkan mungkin ada sebagian di antara kita yang mulai membayangkan indahnya rumah diterangi kelap kelip pohon natal sebentar lagi. Pergi liburan bersama anak-anak, makan bersama keluarga besar, berkirim kartu ucapan, semua terasa begitu indah. Tidak heran mendekati Natal biasanya senyuman akan lebih mudah dijumpai di kalangan anak-anak Tuhan. Jika anda tinggal di luar negeri seperti Eropa atau sebagian dari Amerika, mungkin anda tengah menantikan turunnya salju yang sangat identik dengan Natal. Pusat-pusat perbelanjaan mulai berbenah dengan dekorasi dan lagu-lagu yang diputar pun tidak akan jauh dari lagu-lagu Natal. Salahkah itu semua? Tentu Tidak. Kelahiran Yesus sudah sepantasnya kita sikapi dengan sukacita. KedatanganNya ke dunia ini membawa misi penting untuk menebus kita semua, sebagai bukti nyata betapa Tuhan mengasihi manusia dan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Dengan begitu indahnya Alkitab menuliskan firman Tuhan ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Oleh karenanya sukacita hadir di dalam diri kita, dan sebagai manusia tentu kita akan merayakannya melalui berbagai kegiatan yang diisi dengan kegembiraan. Pertanyaannya, apakah semangat Natal hanyalah berbicara atau berkaitan dengan pesta, tukar menukar kado, mendengar dan menyanyikan lagu-lagu Natal dari artis ternama? Jika itu yang menjadi gambaran bagi kita, maka itu tandanya kita belumlah sepenuhnya mengerti apa yang seharusnya menjadi semangat Natal yang sesungguhnya.

Natal adalah saat dimana kita merayakan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Seperti yang saya sebutkan di atas tadi, Natal ada karena kasih Tuhan yang begitu besar atas kita. Tuhan merelakan anakNya yang tunggal turun ke dunia ini, mengambil rupa sama seperti kita, menebus dosa-dosa kita semua agar kita tidak binasa, melainkan bisa memperoleh kehidupan yang kekal. Hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan, sehingga hari ini kita bisa "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia" (Ibrani 4:16), tinggal dan diam di dalam hadirat Tuhan. Ini sesuatu yang luar biasa yang bisa kita nikmati lewat penebusan Kristus. Mari kita lihat bagaimana briliannya Paulus menggambarkan hal ini dalam Filipi 2. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5). Pertama, lihatlah bahwa Yesus tidak menganggap bahwa kesetaraanNya dengan Allah harus dipertahankan. Yesus adalah Allah. Tapi meski demikian, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (ay 6-7) Yesus mengosongkan diriNya. Maknanya? Dia rela mengambil rupa seorang hamba dan dilahirkan seperti manusia. Kedua, Yesus mau merendahkan diriNya untuk taat sepenuhnya menjalankan misi yang digariskan Tuhan sampai kepada kematianNya di atas kayu salib. Semua dilakukan demi kita semua manusia. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (ay 8). Ini semua Dia lakukan karena kasih yang begitu besar kepada kita. Dan bagi kita manusia yang telah ditebus, sudah seharusnya kita meneladani apa yang telah diperbuat Kristus kepada sesama kita pula. We think the way He thinks, Tuhan Yesus memikirkan nasib manusia, karena itulah Natal ada. Jika Dia memikirkan nasib kita, tidakkah itu berarti bahwa kita pun harus merepresentasikan itu dengan mengasihi sesama kita juga?

Lewat pertobatan kita, kita meninggalkan kehidupan lama kita yang penuh cacat dan diperbaharui dalam roh dan pikiran kita dan menggantikannya dengan sebentuk hidup sebagai manusia baru yang telah sesuai kehendakNya dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya sesuai kehendak Tuhan. (Efesus 4:22-24). Be constantly renewed in the spirit of your mind. Roh kita sudah diperbaharui, maka pemikiran kita pun seharusnya mengikuti itu. Ironis sekali jika kita yang seharusnya sudah diubahkan menjadi manusia baru tapi masih juga belum bisa menanggalkan berbagai pemikiran-pemikiran lama, masih terpusat pada kepentingan dan hal-hal yang menyenangkan secara pribadi lalu tidak tergerak untuk memikirkan saudara-saudara kita lainnya yang tengah menghadapi pergumulan berat.

Di saat kita merancang berbagai kegiatan seperti pesta, liburan ke luar kota atau ke luar negeri atau bentuk-bentuk perayaan lainnya, ada banyak saudara kita yang mungkin makan sehari sekali saja masih sulit. Ada banyak yang tengah meratap memohon belas kasih akibat beratnya beban hidup. Ketika Yesus sudah melakukan itu semua lewat kedatanganNya ke dunia ini, sudahkah kita merepresentasikan semangat Kristus itu? Apakah kita mau merendahkan diri kita juga untuk berkorban, melayani dan membantu saudara-saudara kita yang sedang menderita? Itulah yang menjadi semangat Natal yang sesungguhnya. Memasuki Natal tahun ini, marilah kita lebih peka dan peduli lagi terhadap sesama kita. Tidak akan ada perayaan Natal jika Kristus tidak datang ke dunia untuk menebus kita. Dia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan taat sampai mati di kayu salib sehingga kita bisa menikmati hadirat Tuhan hari ini dan mendapat jaminan keselamatan dalam kehidupan kekal. Demikian pula seharusnya kita bersikap. Semangat Natal sesungguhnya adalah semangat yang meneladani Kristus, dimana kita mau meluangkan waktu, tenaga dan sebagian dari yang kita miliki untuk membantu sesama kita yang menderita. Mereka pun ada dalam kasih Tuhan, mereka pun terlukis dalam telapak tanganNya dan tergambar dalam ruang mataNya. Tuhan mengasihi mereka sama seperti Tuhan mengasihi kita. Dan jika Tuhan saja mengasihi mereka, kita pun sudah selayaknya mengasihi mereka juga. Membantu mereka yang kekurangan, membagi sukacita dan berkat kepada mereka, sehingga mereka bisa tersenyum dan dapat merayakan kelahiran Kristus bersama kita tanpa harus menangis lagi, itulah semangat Natal yang sesungguhnya. Mari masuki masa Natal dengan semangat Natal yang benar.

Portret semangat Natal sepantasnya tergambar dari kepedulian kita terhadap sesama
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com/